Implementasi LISA dan LIBRA di ISR

Sejak kecil, kita sudah diajarkan tentang kebersihan oleh orang tua di rumah, sekolah juga menjadi tempat bagi kita untuk belajar mengenai pentingnya menjaga kebersihan. Secara teori tidak kuranglah pengetahuan kita akan pentingnya menjaga kebersihan. Banyak anjuran ataupun slogan yang digemakan baik melalui media sosial, pamflet, iklan cetak, dsb. mengenai ajakan untuk turut serta menjaga kebersihan.
Tidak sedikit ilmu yang kita dapat sejak lahir hingga dewasa tentang bagaimana menjaga kebersihan diri, lingkungan dan tempat tinggal. Namun masih banyak tempat yang kita jumpai terlihat kurang bersih, kotor, berbau tidak sedap dan tidak menyenangkan dilihat mata. Seringkali kita bersikap acuh terhadap kondisi kurang baik yang kita lihat disekitar kita, padahal jika hal-hal buruk dibiarkan tanpa adanya tindakan perbaikan maka suatu saat tanpa disadari akan menimbukan dampak buruk bagi diri kita sendiri.
Sering kali kita mendambakan tempat yang begitu indah, bersih, dan terawat. Sehingga siapapun yang tinggal dan melewati tempat itu merasa nyaman. Padahal kenyataan sebenarnya mau bersih atau kumuh adalah pilihan!
Perilaku abai yang seringkali kita lakukan seperti meninggalkan sampah bekas snack sembarangan, membuang sampah lewat kaca mobil ketika sedang di jalan, tidak merapikan wadah makan dan sisa makanan ketika makan di luar. Merupakan wujud ketidak pedulian kita terhadap kebersihan lingkungan.
"Bukankah ada OB dan waiters yang membersihkan?."
Kurangnya kesadaran pribadi akan peran penting yang dimulai dari diri sendiri untuk menjaga kebersihan sekitar, merupakan awal dari munculnya budaya tidak peduli terhadap lingkungan. Budaya bersih butuh pembiasaan. Ketika kita terbiasa meninggalkan sampah bekas makanan, botol minum ataupun kertas catatan justru akan menjadi salah satu kebiasaan hidup kotor.
Budaya Bersih Membutuhkan Sebuah Proses. Di SMP Ignatius Slamet Riyadi siswa diajarkan untuk peduli terhadap kebersihan lingkungan dan diri, salah satu program yang dilaksanakan disekolah adalah LISA (Lihat Sampah Ambil) dan LIBRA (Lihat Berantakan Rapikan). LISA menjadi upaya pembiasaan siswa-siswi SMP ISR untuk tertib mebuang sampah ke tempatnya dan LIBRA merupakan upaya agar siswa mempunyai tanggung jawab terhadap kebersihan lingkungan sekolah. Hal ini dilakukan karena melihat pola siswa dijam istirahat yang selalu meninggalkan sampah bekas snack ataupun piring bekas makan siang di sembarang tempat.
Upaya ini tidak berjalan dengan sendirinya perlu upaya dan kerjasama dari Guru dan Orang tua di rumah untuk membiasakan anak peduli terhadap kebersihan sekitarnya, karena untuk bisa menciptakan Budaya Bersih Membutuhkan Teladan dan Latihan, sehingga dengan sikap teladan yang ditunjukkan oleh guru di sekolah dan orang tua di rumah diharapkan siswa-siswi SMP ISR mampu menjadi penerus budaya hidup bersih.
Oleh karena itu, mari kita bersama menjadi teladan yang baik bagi putera-puteri kita dalam kebersihan. Budaya bersih harus dimulai dari diri sendiri agar bisa memberikan dampak bagi orang-orang disekitar kita.
Share This Post To :
Kembali ke Atas
Artikel Lainnya :
- Sosialisasi Gerakan Anti Sampah Plastik oleh MASKAPEL
- Pendidikan Sebagai Investasi Jangka Panjang
- Apa Itu Pemanasan Global
- Keuntungan dan Manfaat menggunakan e-Learning bagi Guru dan Siswa
- Tujuan & Manfaat Website bagi Sekolah
Silahkan Isi Komentar dari tulisan artikel diatas :
Komentar :
Kembali ke Atas